ilustrasi |
Kitab Wasiyatul Musthafa Imam Ali
PEMANDANGAN menarik terlihat di MTsN Mranggen, yang terletak di Desa Candisari, Kecamatan Mranggen, kemarin. Sebanyak 600 siswa siswi dari kelas 8 dan kelas 9 dengan antusias mengikuti pengajian kitab kuning "Wasiyatul Musthafa Imam Ali".
Model pembelajaran pesantren salafi diterapkan sekolah negeri tersebut selama digelar Pesantren Ramadhan.
Kitab tersebut berisi wasiat Nabi Muhammad SAW kepada menantunya Sayyidina Ali ra. Antara lain, tentang rukun Islam, baik soal puasa, zakat dan pondasi keimanan dan lainnya.
Pengajian kitab tersebut dipandu empat guru pendidikan agama Islam (PAI). Yakni, H Kasmiran, M Gozali, Sugiarto dan Moh Bardi.
Plt Wakahumas MTsN Mranggen, Moh Bardi mengungkapkan, selain mengaji kitab tersebut, pihak sekolah juga melengkapi kegiatan Ramadan untuk siswa tersebut dengan buku panduan yang berisi shalat fardlu, puasa, tadarus dan lain sebagainya. Selain itu, ada pula laporan kunjungan silaturahmi siswa kepada para guru yang harus didatangi dari rumah guru satu ke rumah guru lainnya.
“Minimal 10 rumah guru harus dikunjungi. Tentunya, diambil yang berdekatan dengan rumah para siswa tersebut. Mereka kita ajari bagaimana bersilaturahmi dengan para guru mereka," jelas Bardi yang juga ketua panitia pesantren Ramadan.
Puncak kegiatan Ramadan ini adalah halalbihalal yang digelar pada 26 Juli mendatang
Kepala MTsN Mranggen, H Nur Kamsan menambahkan, kegiatan pesantren Ramadan tersebut dijadwalkan sesuai dengan agenda atau kalender pendidikan dari Kementerian Agama (Kemenag) yang berlangsung antara 6 hingga 11 Juli. "Untuk materi Ramadan diserahkan kepada sekolah masing-masing. Di MTsN Mranggen kita berikan materi kitab Wasiyatul Musthafa tersebut,” katanya.
Kegiatan dimulai pukul 07.00 diawali dengan tadarus Alquran. Setelah itu, dilanjutkan pengajian kitab kuning hingga pukul 09.00. Berikutnya istirahat, shalat Dhuha lalu dilanjutkan lagi sesi kedua dengan pengajian kitab kuning. "Kitab dibacakan guru PAI. Untuk ngaji kitab kuning dengan 32 halaman ini ditargetkan bisa selesai dalam waktu 6 hari," ujar Nur Kamsan.
Dia mengatakan, kitab kuning tersebut dibacakan guru lalu dimaknai oleh siswa. Dalam proses mengaji tersebut, siswa akan tahu bagaimana kedudukan ilmu nahwu sharaf yang menjadi ilmu alat dalam membaca kitab tersebut.
"Ini sebagai salah satu pembelajaran Bahasa Arab termasuk menjelaskan kedudukan mubta’da khabar serta memperhatikan qawaidnya. Lebih dari itu adalah melestarikan budaya lama dalam membaca kitab salafi/kuning,” jelas Nur Kamsan. Menurutnya, sebelumnya, MTsN Mranggen juga telah mengirimkan sebanyak 8 siswa siswi ke Ponpes Nida’ul Quran Temanggung untuk belajar Bahasa Arab dengan metode Tamzis selama 12 hari. Metode tamzis tersebut mengenalkan para siswa dengan pendekatan lagu dan musik. Dengan demikian, siswa yang belajar tersebut mudah hafal di luar kepala tanpa merasa ada tekanan atau tertekan. (KD)
diunggal dari : www.suaramerdeka.com
0 komentar:
Posting Komentar
Bersama Membangun Demak